Suku Lauje, Sulawesi

Suku Lauje, adalah suatu komunitas suku yang berada di kecamatan Tinombo dan teluk Tomini kabupaten Parigi Moutong provinsi Sulawesi Tengah Indonesia.

Terdapat 2 kelompok yang bernama "Lauje", yang berdiam di daerah Tinombo disebut sebagai suku Lauje, sedangkan yang mendiami daerah teluk Tomini, disebut sebagai suku Suku Lauje Siavu. Tapi pada dasarnya kedua kelompok ini sama, hanya dibedakan oleh letak geografis saja.

suku Lauje Tinombo
pic: korpalaunhas.blogspot.com
Suku Lauje ini bermukim mulai kecamatan palasa sampai kecamatan Tinombo. Suku Lauje dipimpin oleh Olongian (kepala suku). Suku ini mengadakan upacara adat kesyukuran yang diistilahkan Momasoro setiap tahun sekali. Upacara adat Momasoro dilaksanakan selama 7 hari, selama kegiatan upacara, setiap malam diadakan diskusi dengan para Sando atau anggota suku yang tubuhnya dimasuki roh halus. Upacara adat ini diakhiri dengan pelepasan perahu di muara sungai Tinombo.

suku Lauje Siavu
pic: pesat.org
Suku Lauje Siavu yang berdiam di pegunungan di sepanjang Teluk Tomini provinsi Sulawesi Tengah. Suku Lauje Siavu, terdiri dari 3 klan, dan terdiri dari 44 keluarga, dengan populasi 206 orang. Suku Lauje Siavu masih mempertahankan tata cara hidup sederhana, terpencil dan mempertahankan cara-cara kuno, seperti yang dilakukan oleh nenek moyang mereka..
Suku Lauje dengan embel-embel "siavu", istilah siavu berarti "samar-samar". Ini karena puncak pegunungan ini selalu diliputi kabut tebal, sulit terlihat. Istilah siavu identik dengan masyarakat yang tetap bertahan di dataran tinggi, tak terlihat dan terasing.

Masyarakat suku Lauje di Parigi Moutong kecamatan Tinombo, mempunyai tradisi unik dalam menerima tamu atau pembesar yang baru berkunjung ke daerahnya. Mereka akan menyambutnya dengan Tari Perang yang dimainkan oleh 4 laki-laki yang menggunakan guma (parang panjang), serta dua orang yang memegang tombak. Tarian ini juga diiringi musik yang terdiri dari susulan balok kayu, gendang dan gong besar. Tari Perang ini disebut juga sebagai Meaju. Biasanya dilaksanakan saat menerima tamu. Saat tari berlangsung dan tamu diarak, 3 orang anggota komunitas suku Lauje memainkan alat musik yang terdiri dari Tadako, Kulintang, Gimbale (gendang) dan Gong besar.

Suku Lauje dalam bertahan hidup, masih menjalankan cara-cara lama, seperti berburu binatang liar di hutan, atau memanfaatkan hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Beberapa dari mereka telah mencoba teknik bercocok tanam, walau masih sangat sederhana, tetapi hal ini sudah membuat suku Lauje selangkah lebih maju dari sebelumnya.

sumber bacaan:

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,